Senin, 12 Oktober 2009

SEMUA JADI JUARA (Warta Klara, 11 Oktober 2009)

SEMUA JADI JUARA
Oleh Rini Giri


“Hai, kamu nomor undian berapa? Doain aku ya! Kelompokku sebentar lagi maju nih!” Ujar seorang anak pada teman di depannya. “Habis kamu, baru kelompokku. Deg-degan nih. Doain aku juga ya.” Jawab kawan di depannya. Tapi MC segera memberi aba-aba pada hadirin untuk mengucapkan kata “Bayem!” Supaya mulut terkunci dan ruangan menjadi tenang. Acara akan segera dimulai. Pukul 09.00 thet! Obrolan kedua anak beda lingkungan itupun terputus. Tapi toh ada anak lain yang usil dan malah mengucapkan kata ”Kangkung!” atau “Buncis!”sehingga ruangan tak kunjung reda dari gemuruh obrolan setengah berbisik.
Itulah sekelumit perbincangan anak-anak yang sempat terdengar dalam Festival Koor Anak dalam memeriahkan HUT Paroki Santa Klara ke-11. Ada 15 kelompok paduan suara anak yang hadir dalam perhelatan tanggal 27 September 2009, di Gedung Serba Guna Seroja itu. Masing-masing dengan kekhasan-nya sendiri, baik pakaian, suara, maupun geraknya. Semua ingin menampilkan yang terbaik. Nyatanya, kelimabelas kontingen pun menjadi yang terbaik, sebab tak ada pujian dan nyanyian yang cela di hadapan Tuhan. Apalagi jika dilantunkan dengan sepenuh hati dan segenap jiwa. Meskipun di akhir acara, juri memberikan banyak koreksi tehnis, tapi kan kesungguhan dan semangat untuk memuliakan Tuhan tak bisa dikoreksi.
Panitia rupanya berhasil menjadikan festival koor ini sebagai ajang pesta, bukan perlombaan yang penuh persaingan. Sukses buat panitia. Apalagi dekorasi balon dan bingkisannya, meski sederhana, cukup mendukung. Terdengar seorang anak berujar,”Wah, gerakan dan kanon kelompok Si Anu kompak banget ya. Latihannya pasti lama tuh.” Temannya nimbrung, ”Kelompok kita cuma latihan empat kali, mana bisa begitu.” Sebuah pujian tulus bagi kelompok lain yang tampil lebih OK dan pengakuan sportif atas kekurangan diri.
Apalagi dalam ajang ini, anak-anak bertemu dengan teman satu sekolah yang kebetulan beda lingkungan. Atau pernah jadi sesama peserta komuni pertama. Sehingga persaingan ketat seperti pada kebanyakan lomba tidak terjadi. Mungkin mereka tahu bahwa peserta lain adalah teman seiman dan segereja, yang sama-sama ingin memuji Tuhan. “Nyanyinya yang sungguh-sungguh, tapi jangan jadi beban ya. Pokoknya kayak kalau tugas koor di gereja itu. Menyanyi untuk Tuhan Yesus. Bagi Yesus, suara nyanyian semua anak bagus kok.” Ujar seorang pembina menyemangati.
Setelah semua peserta menampilkan yang terbaik untuk Yesus, para hadirin dihibur dengan lagu-lagu yang dilantunkan peserta KEP. “Lho, kok ibu-ibu juga ikut lomba, Bu?” tanya seorang anak. Dia mengira ibu-ibu peserta KEP dengan seragam putih dan selendang batik itu juga saingan mereka. Setelah itu, Romo Alex dan Romo Justin juga menyumbang lagu. Romo Dominikus pun hadir dan disambut meriah oleh anak-anak. Menjelang pengumuman hasil lomba, seorang pemuda bernama Doni melantunkan “Status Palsu” dan “Tak Gendong Kemana-mana”. Anak-anak sangat antusias ikut menyanyi. “Wah, ironis sekali. Coba kalau nyanyi lagu pujian sesemangat dan seheboh ini.” Komentar seorang ibu. Itulah tantangan kita, terutama para pembina BIA, untuk membuat lagu-lagu rohani jadi “hit” di telinga dan hati anak-anak. Apalagi Seksi Liturgi sudah menyumbangkan 20 lagu untuk dipelajari.
Sepulang dari acara itu, tak tampak mendung dari wajah anak-anak yang tidak berhasil membawa piala. Bahkan di panggung, saat pengumuman pemenang dan pembagian hadiah, sempat terjadi seorang anak yang kalah menyalami temannya yang menang. Puji Tuhan. Ada 3 pemenang Lomba Baca Kitab Suci BIA, 3 pemenang Lomba Baca Kitab Suci BIR, 1 pemenang Lomba Menulis BIA, 1 pemenang Lomba Menulis BIR, 1 dirijen terbaik, dan 6 kelompok pemenang Festival Koor. Selamat untuk para pemenang.
“Ma, kita sudah kompak banget. Bandana kita saja keren. Pakai kupu-kupu lagi. Barisnya rapi. Suaranya kenceng. Tapi kok nggak dapat piala ya, Ma?” tanya seorang anak, saat acara usai pukul 12.00. “Yang penting kamu dan teman-teman punya pengalaman. Sudah bekerjasama dengan kompak. Ketemu banyak teman dari lingkungan lain. Di mata Tuhan Yesus, semua anak jadi juara kok.” Anak itupun tersenyum. Puji Tuhan. Kami merindukan acara seperti ini lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar