Jumat, 27 Agustus 2010

O, SANTA KLARA YANG PERKASA (pernah ada di Warta Klara)

O SANTA KLARA YANG PERKASA
Oleh Rini Giri


Nama putri ketiga kami KLARA. Nama itu pemberian kakaknya. “Kalau adikku lahir perempuan, kita beri dia nama Klara ya, Bu.” Begitu pintanya.”Kenapa Klara?” tanya saya. “Soalnya di gereja ada lagunya dan lagunya bagus.” Ujar sang kakak. Saya sungguh salut kepada Bapak Ernest Maryanto yang pada tahun 2000 telah menciptakan lagu Himne Santa Klara yang indah itu. Santa Klara sungguh mulia namamu. Hanya Tuhan kauluhurkan di sepanjang hayatmu…
Saya juga sangat suka pada nama itu. Menurut Romo Alex dalam sebuah homili, nama itu berarti bersih, cemerlang, jelas, terang dan cerah. Nama yang indah. Saya pun bersyukur telah memberikan nama itu pada anak saya. Sebab, beberapa tahun terakhir ini, di sekitar kediaman kami….nama itu mendapat cercaan dan penolakan, sehubungan dengan perijinan pembangunan gereja yang sedang diusahakan. Tapi dua bulan terakhir sejak kelahiran putri kami, hampir semua orang di gang tempat kami tinggal mengucapkan nama itu ketika berpapasan dengan saya dan putri kecil kami…”Klara! Klara! Klara!” Oh, seandainya saja setiap orang juga mau membuka pintu hati dan rasa toleransinya kepada gereja kita seperti menerima kehadiran bayi mungil kami di tengah-tengah mereka.
“Klara? Kok Klara?” Tanya neneknya. Sebab menurutnya, dalam Bahasa Jawa, Klara itu artinya keloro-loro atau terlunta-lunta. “Klara itu nama seorang santa yang luar biasa, Bu. Dia itu perempuan yang sangat perkasa.” Jawab saya. Memang, gereja kita saat ini sedang keloro-loro, menjalani suatu perjalanan yang menyakitkan seperti yang dialami Santa Klara sendiri ketika memilih untuk keluar dari istana ayahnya dan pergi kepada Pastur Fransiskus di gereja tepi hutan Kota Azizi. Di sana dia harus mengenakan jubah kasar dan bermati raga. Namun ketika dia dengan rela melakoni itu dan menjadikannya sebagai sarana untuk mengabdi pada Tuhan, dia diberikan suatu rahmat menjadikan doa sebagai suatu kekuatan.
Santa Klara adalah sosok yang pemberani dan perkasa. Keberanian dan keperkasaannya itu tidak didasarkannya pada kemampuannya sendiri, namun semua beralaskan kekuatan Tuhan. Melalui kekuatan doa lah dia dengan gagah perkasa bangkit mengangkat sibori, yang didalamnya bersemayam Sakramen Mahakudus, untuk menghadapi tentara Kaisar Frederick II yang akan menyerang biaranya. Pasukan pimpinan Jenderal Vitale de Aversa yang akan menggempur Kota Azizi pun dihadapinya dengan menghimpun para suster untuk bersujud dan berdoa. Keberanian Santa Klara ditunjukkan dengan mengambil suatu sikap untuk melawan ketidakadilan dan penindasan. Mengajak para suster untuk berhimpun dalam doa menandakan bahwa keberaniannya sungguh dilandasi kecintaan dan kepercayaannya kepada ajaran Yesus sendiri.”Barangsiapa dua orang atau lebih berdoa dalam nama Yesus, maka Yesus akan sungguh hadir di tengah mereka.” Dan nyatanya demikian lah yang terjadi.
Sungguh sebuah anugerah ketika gereja kita menjadikan Santa Klara sebagai santa pelindung, sebab umatnya, termasuk saya, diperkenalkan kepada spiritualitas Santa Klara yang selalu hidup dalam kesederhanaan dan pengabdian penuh pada Tuhan. Juga keberanian untuk hidup tidak enak, termasuk ketika mendapatkan penolakan bertubi-tubi saat mengajukan perijinan pembangunan gereja. Namun, jika kita tekun berusaha dan mengandalkan Tuhan sebagai kekuatan, saya percaya suatu saat nanti wajah Gereja Santa Klara dalam wujud fisik dapat terwujud.
Berakit-rakit ke hulu itu memang tidak mudah, karena kita harus mendayung sekuat tenaga untuk melawan arus. Berenang-renang ketepian pun rasanya masih jauh untuk dicapai. Namun sikap optimis, semangat merasa memiliki dan mencintai gereja kita, keberanian untuk keloro-loro seperti yang dijalani Santa Klara, dan semangat persatuan di antara umat, harus selalu kita miliki agar mimpi berwujud menjadi nyata. Suatu hari nanti. Sebab gereja sebagai kesatuan umat Allah tetap jauh lebih penting artinya dibanding gereja secara fisik.
Sebagai seorang umat yang tak pernah pergi ke gereja paroki lain karena gedungnya yang sudah mapan, tapi tetap memilih ke paroki sendiri karena rasa memiliki dan dimiliki, saya hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ucapan SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE-12 Paroki Santa Klara tercinta.
Semoga sebagai umat yang hanyalah domba kecil, saya bisa semakin mencintai paroki ini sesuai kesanggupan dan talenta saya. Semoga saya semakin rukun dalam menjalin silaturahmi dengan umat lain di paroki ini, semoga saya semakin tergerak untuk terlibat dalam kegiatan di lingkungan dan wilayah, semoga saya semakin giat mendukung usaha-usaha yang dilakukan panitia pembangunan termasuk dalam hal pengumpulan dana di lingkungan-lingkungan, semoga saya tak lupa untuk selalu menyisipkan doa untuk usaha pembangunan, dan semoga saya di dalam masyarakat selalu menunjukkan Kasih Kristus pada sesama sehingga Santa Klara dihormati dan pada akhirnya diterima di tengah-tengah kehidupan yang sebenarnya plural namun mengenal mayoritas dan minoritas ini.
Semoga permohonan kita dalam doa Novena Santa Klara yang kita doakan baik sendiri-sendiri di rumah maupun berkelompok dalam lingkungan pada tanggal 2 – 10 Agustus 2010 ini dikabulkan Tuhan. Sehingga impian dan kerinduan kita bersama selama 12 tahun ini dapat terwujud dan kita semakin meneladani hidup suci santa yang perkasa ini. O Santa Klara yang perkasa, doakanlah kami. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar